Rabu, 26 September 2012

khutbah jum'at tentang taqwa

TAQWA
 إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
 Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah, Kini kita telah meninggalkan bulan Syawal. Artinya, sudah sebulan lebih kita telah meninggalkan Ramadhan. Bulan yang penuh dengan keutamaan. Bulan yang sangat istimewa. Pertanyaannya, sudah berhasilkah puasa Ramadhan kita? Tidak ada jaminan bahwa puasa kita berhasil dan diterima Allah. Karenanya para ulama salaf sangat sedih ditinggal Ramadhan dan mereka dengan sungguh-sungguh berdoa, bahkan selama enam bulan, agar amal Ramadhannya diterima.
 رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَمَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتِلَا وَتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Wahai Rabb kami... terimalah puasa kami, shalat kami, ruku' kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui Tidak ada jaminan bahwa puasa kita berhasil. Tetapi kita bisa melihat bahwa suatu pekerjaan dikatakan berhasil bila ia mampu mencapai tujuannya. Adapun tujuan puasa, insya Allah kita semua hafal ayatnya..
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa (QS. Al Baqarah : 183) Itulah tujuan puasa. "La'alakum tattaquun." Agar kalian bertaqwa. Agar kita bertaqwa. Maka, jika selepas Ramadhan kita menjadi bertaqwa atau lebih dekat dengan taqwa dari bulan-bulan sebelumnya, dari tahun sebelumnya, insya Allah puasa kita berhasil. Namun jika kita semakin jauh dari taqwa, khawatirlah bahwa puasa kita sia-sia, tidak berhasil, tidak membawa apa-apa kecuali lapar saja.
Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah, Bagaimana mengukur ketaqwaan kita yang merupakan buah dari puasa Ramadhan? Taqwa secara umum berarti menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Definisi itu sering diulang-ulang oleh khatib Jum'at. Sebuah pengertian yang mudah dihafal, tetapi amat luas dan berat dikerjakan. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan karakter orang yang bertaqwa dalam banyak ayatNya. Karakter-karakter itu memudahkan kita untuk mengevaluasi diri kita apakah kita sudah bertaqwa, atau sudah lebih dekat dengan taqwa. Dengan demikian, karakter-karakter itu juga memudahkan kita untuk mengevaluasi apakah Ramadhan kita telah berhasil atau belum. Diantara karakter orang yang bertaqwa itu, Allah memfirmankannya dalam QS. Ali Imran ayat 133-135. Di situ Allah Azza wa Jalla menunjukkan empat karakter orang yang bertaqwa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
 وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ * وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ 
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran : 133-135) Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah, Inilah empat karakter orang yang bertaqwa. Pertama, يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ "berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit." Orang yang bertaqwa itu suka berinfaq, suka bersedekah, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Dalam kondisi kaya atau dalam kondisi belum kaya. Baik tanggal muda maupun tangga tua. Karakter itulah yang dengan mudah kita dapatkan pada generasi sahabat Nabi. Generasi yang paling bertaqwa dari umat ini. Begitu banyak kisah-kisah kedermawanan para sahabat dan kegemaran mereka dalam berinfak. Baik mereka yang kaya atau yang miskin. Baik mereka yang sedang dalam kondisi lapang atau sempit. Suatu malam, ada tamu Nabi yang singgah di rumah Abu Thalhah. Saat itu sebenarnya Abu Thalhah dalam kondisi sempit, sangat sempit. Bahkan ia tidak memiliki makanan di malam itu kecuali untuk anaknya. Namun kegemarannya berinfak membuat ia dan istrinya Ummu Sulaim membujuk anak-anaknya agar tidur tanpa makan malam. Sedangkan makanan itu disuguhkan kepada sang tamu. Ketika makanan dihidangkan, lampu dimatikan dan Abu Thalhah pura-pura makan padahal ia tak lagi memiliki makanan. Sang tamu makan hingga selesai, sedangkan Abu Thalhah menemaninya tanpa diketahui tamunya bahwa ia tidak makan apa-apa. Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah, Karakter kedua orang yang bertaqwa adalah, وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ "menahan marah" Menahan marah artinya tidak menuruti kemarahan ketika emosi itu muncul atau tersulut. Marah, apalagi tanpa alasan jelas, membuat pikiran tertutup kabut emosi, kebijaksanaan hilang, terburu-buru dan minim kontrol. Karenanya betapa banyak orang yang hancur gara-gara tidak mampu menahan marah. Suami yang menuruti kemarahan kepada istri bahkan karena masalah sepele membuat rumah tangga berantakan hingga timbul perceraian, karena ia marah lalu terucap talak tanpa pikir panjang. Setelah berlalu masa iddah barulah ia menyesal telah menceraikan istrinya, hidupnya kacau dan jadilah ia orang yang paling lemah. Rasulullah SAW bersabda, لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ Orang yang kuat itu bukanlah orang yang jago gulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika sedang marah (HR. Bukhari dan Muslim) Puasa Ramadhan satu bulan lamanya mendidik kita untuk mengendalikan emosi. Rasulullah memerintahkan jika ada orang yang menyulut emosi atau mengajak kita berkelahi agar kita menjawabnya dengan tenang "inni shaaimun: sesungguhnya aku sedang berpuasa." Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah, Karakter ketiga orang yang bertaqwa adalah, وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ "memaafkan manusia" Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an, menahan marah adalah fase pertama, dan itu tidak cukup. Ia harus diiringi dengan memberikan maaf. Karena ada kalanya orang tidak menampakkan kemarahan tetapi ia memendam benci dan dendam. Kemarahan yang disimpan itu menyakitkan hati dan menghanguskan jiwa, tetapi dengan memaafkan maka lepaslah ia dari sakit hati dan seketika jiwanya menjadi lapang dan damai, meninggi ke langit suci. Menjadi momentum yang tepat bahwa selepas Ramadhan kita saling memaafkan. Halal bi halal, meskipun istilahnya diambil dari bahasa Arab, tidak dikenal di dunia Arab. Tetapi bukan berarti itu terlarang. Justru dengan budaya halal bi halal ada sarana bagi kita untuk saling memaafkan. Meskipun demikian, memaafkan tidak hanya di bulan Syawal saja. Orang yang bertaqwa itu suka memaafkan orang lain. Maka untuk mengetahui apakah puasa Ramadhan kita berhasil atau tidak salah satunya adalah melihat ini: apakah kita sudah memaafkan orang lain? Apakah kita suka memaafkan orang lain? Apalagi jika orang itu adalah istri kita, orang tua kita, anak-anak kita, keluaraga dan saudara kita, atau teman-teman kita. Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah, Karakter keempat orang yang bertaqwa disebutkan Allah di ayat 135. وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran : 133-135) Orang yang bertaqwa itu segera bertaubat kepada Allah jika ia melakukan kesalahan atau kemaksiatan. Ia segera menyadari kesalahannya, ingat Allah, memohon ampun dan tidak meneruskan kesalahannya. "Faahisyah" yang diterjemahkan dengan perbuatan keji dalam ayat tersebut adalah perbuatan dosa yang besar dan sangat buruk. Namun begitu besarnya rahmat Allah, sehingga meskipun hambaNya berbuat dosa besar dan sangat buruk, ia bisa menjadi muttaqin asalkan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan dosa besar itu tidak menutupnya dari peluang taqwa asalkan ia bertaubat. Maka mengukur ketaqwaan kita, mengukur keberhasilan puasa kita salah satu indikatornya adalah apakah kita suka bertaubat atau tidak. Jika kita melakukan kesalahan segera bertaubat dengan menyadari kesalahan itu, mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya serta tidak meneruskan kesalahan itu, insya Allah puasa kita berhasil dan kita lebih dekat dengan taqwa. Tetapi jika kita sadar dengan dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan tetapi menunda-nunda taubat, meneruskan menikmati maksiat, maka itu berarti kita jauh dari taqwa dan khawatirlah bahwa puasa Ramadhan kita tidak mendapatkan hasil apa-apa kecuali lapar saja. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
KHUTBAH KEDUA
 الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَمَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَتِلَا وَتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ bersamadakwa

0 komentar: