Back to Nature

kegiatan siswa di kebun.

Kegiatan Luar

mengenalkan anak tentang dunia luar.

Kegiatan Rekreasi Alam Terbuka

Keceriaan anak anak saat bermain air.

Kegiatan Siswa di Alam Terbuka

Mengunjungi Ladang Padi.

Senin, 28 Februari 2011

kegiatan semester I




Posted by Picasa

Sabtu, 26 Februari 2011

berkebun

Posted by Picasa

Jumat, 25 Februari 2011

APA SIH PTK

Assalamu'alaikum  warahmatullahi wabarakatuh,
Bu Evi, saya guru SMP. Ingin tanya tentang pembuatan PTK . Pertanyaan saya:
1. Apakah pembuatan PTK boleh dilakukan sendirian?
2. Siapakah pejabat yang bisa mengesahkan PTK tersebut?

Demikian pertanyaan saya. Atas jawaban Bu Evi, saya ucapkan terima kasih.

Machmuds


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pak Machmuds yang senantiasa dirahmati Allah, senang sekali saya menerima pertanyaan dari Bapak. Pertanyaan tersebut mengindikasikan sebagai guru Anda sudah melangkah lebih maju. Artinya, Pak Mahmud sepertinya tidak hanya sekedar mengajar, tapi senantiasa melakukan proses perubahan melalui penelitian tindakan. Tentunya dengan tujuan agar terjadi peningkatan kualitas pembelajaran bukan?

Ciri khas PTK atau Penelitian Tindakan Kelas dibandingkan dengan penelitian ilmiah pada umumnya, adalah adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang kita ajar. Melalui proses penelitian tersebut, secara dinamis guru senantiasa melakukan perbaikan pembelajaran di kelas dan mengembangkan keahlian mengajar. Jika setiap guru melakukan penelitian tindakan ini seperti Bapak, wah…Anda termasuk guru yang berkontribusi dalam memajukan kualitas pendidikan di negara ini. Luar biasa.

PTK merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru. Apakah PTK dapat dilakukan sendiri? Ya. Guru dapat menjadi pengajar sekaligus peneliti. Namun pada pelaksanaannya, guru sebaiknya perlu melakukan langkah penelitian ini secara bersama-sama dengan teman sejawat (sebagai kolaborator) dari awal hingga akhir secara kolaborasi. Mengapa demikian? Karena ketika kita melakukan sebuah penelitian yang dimulai dengan (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan perbaikan, (3) pengamatan dan (4) evaluasi refleksi  tindakan; maka kita perlu kolaborator yang membantu kita mengamati pelaksanaan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Tujuannya memberikan penilaian dari instrumen yang kita buat sebagai alat ukur penelitian, misalnya. Selain itu kolaborator dapat memberikan umpan balik ( feedback ) pada saat evaluasi refleksi yang tujuannya perbaikan tindakan yang kita lakukan. Nah masukan dan data-data yang diberikan kolaborator dapat menjadi bahan perbaikan untuk penelitian tindakan pada siklus berikutnya.

Kemudian, siapakah pejabat yang bisa mengesahkan PTK? Pada lingkup sekolah, PTK bisa disahkan oleh kepala sekolah. Demikian Pak Machmuds, semoga jawaban saya cukup membantu Bapak menyusun PTK. Terus semangat dan terus kreatif, ya Pak, dalam melakukan strategi-strategi pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang Bapak lakukan. Semoga Allah memudahkan ikhtiar Bapak. Amiin.



Evi Afifah Hurriyati, M.Si
Trainer Pendidikan & Kepala Program Sekolah Guru Ekselensia Indonesia LPI Dompet Dhuafa Republika

Sabtu, 19 Februari 2011




Posted by Picasa

Sabtu, 12 Februari 2011

Ini Lo, 8 Cara Agar Anak Mandiri

Ini Lo, 8 Cara Agar Anak Mandiri
Anak perlu belajar mandiri sejak kecil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mempunyai anak mandiri, siapa yang tak ingin? Anak yang mandiri, artinya dia bisa melayani kebutuhan sendiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Untuk membentuk anak menjadi mandiri, bukanlah hal sulit, asal Anda telaten dn konsisten. Berikut ini kiat membentuk anak mandiri:

1. Awali dengan keterampilan mengurus diri sendiri. Mulai dari makan, menggosok gigi, dan memakai baju sendiri.

2. Berilah waktu untuk bermain bebas di mana mereka bisa mengembangkan idenya sendiri, sekaligus belajar menghibur dan menyibukkan diri sendiri.

3. Bertambah besar, mereka bisa membantu tugas rumah tangga seperti menyiram tanaman atau membuang sampah.

4. Bila semua berlangsung dengan baik, mereka sebaiknya dibiarkan mengatur waktunya sendiri dalam urusan sekolah dan pergaulannya. Orangtua hanya ikut campur bila mereka merasa sang anak melen ceng dari jalurnya.

5. Anak-anak harus diberi tanggung jawab dan dimintai pertanggungjawabannya bila mereka tak memenuhi tugasnya. Ini akan memberi perasaan penting dan mereka akan merasa bahwa orang tua mereka memercayai mereka melakukan tugas itu.

6. Kondisi badan yang fit dan kuat adalah bagian penting dari perasaan kompeten dan mandiri. Anak harus didorong melakukan olahraga dan kegiatan di alam terbuka.

7. Izinkan anak menentukan tujuannya sendiri, kecuali bila Anda merasa mereka memilih jalan mudah sementara Anda tahu benar kemampuan mereka jauh lebih tinggi.

8. Ingatlah selalu, Anda tak akan selalu berada di samping mereka, melindungi mereka saat meng hadapi cobaan dalam hidup mereka. Yang terbaik bantulah mereka menjadi orang yang mandiri.

Kamis, 10 Februari 2011

 

 

 

 
Posted by Picasa

Selasa, 01 Februari 2011

Menanam Dasar-Dasar Iman Pada Anak



Baitul Muslim, Tarbiyatul Aulad
21/5/2008 | 16 Jumadil Awal 1429 H | Hits: 11.182
Oleh: Mochamad Bugi
dakwatuna.com – Akidah adalah fondasi yang kokoh bagi bangunan peradaban Islam. Tanpa akidah yang terpancang, kekuatan peradaban yang bangun akan goyah. Dan tugas menanamkan akidah adalah tugas setiap keluarga muslim kepada anak-anak mereka.

Yakinlah, lembaga sekolah tidak bisa menjamin bisa menggantikan tugas penting orang tua itu. Tapi, mungkin sekolah bisa memberi pengayaan pengetahuan tentang data-data yang menguatkan akidah dan pokok-pokok ajaran agama kepada anak-anak kita.

Menanamkan akidah ke dalam hati anak-anak kita memang bukan pekerjaan instant. Butuh waktu dan kesabaran. Sebab, akidah adalah masalah yang abstrak. Tapi yakinkan kepada anak kita bahwa sekarang mungkin mereka tidak mengerti, seiring dengan waktu dan berkembangnya pikiran mereka, kelak mereka akan paham.

Pemahaman akidah yang seperti apa yang harus kita tanamkan kepada anak-anak kita sejak dini? Tentu saja tentang Allah swt., tentang kitab-kitab samawi, tentang malaikat, tentang nabi dan rasul, tentang hari akhir. Tentu saja perlu bahasa sederhana untuk menyampaikan hal-hal yang badihi (aksiomatik) tentang itu semua.

Sebagai contoh, kenalkan kepada anak kita tentang hal-hal berikut ini.

1. Allah adalah Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai Dia.

2. Setiap makhluk, termasuk anak kita, butuh kepada Allah swt. dan Allah swt. tidak butuh kepada selain diri-Nya.

3. Mengesakan Allah dalam ibadah adalah wajib.

4. Rahmat Allah swt. sangat luas sedangkan siksa-Nya sangat pedih.

5. Allah swt. mencintai hambanya yang taat dan membenci orang yang maksiat.

6. Dalam beribadah kepada-Nya, kita tidak membutuhkan perantara.

7. Hanya kepada Allah swt., kita meminta. Tidak kepada yang lain.

8. Tidak ada ketaatan terhadap makhluk jika harus bermaksiat kepada Allah swt.

9. Kita hanya diajurkan untuk memikirkan makhluknya, tidak memikirkan Dzat Allah swt.

10. Dia Allah swt. yang memberi manfaat dan mudharat. Tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat tanpa seizin-Nya.

11. Kita mengimani bahwa Allah swt. telah mengutus Rasul-Nya untuk membimbing umat manusia.

12. Semua Rasul menyuruh kepada tauhid dan beriman kepada Allah swt.

13. Para Rasul adalah maksum (terpelihara) dari dosa dan kemaksiatan.

14. Rasul kita adalah Muhammad saw. yang diutus untuk seluruh manusia, sedangkan rasul-rasul sebelumnya diutus hanya untuk kaumnya saja.

15. Jumlah Rasul banyak, dan hanya 25 orang dari mereka yang telah dikisahkan oleh Allah kepada kita melalui Al-Qur’an.

16. Rasul yang tergolong ulul ‘azmi (yang memiliki keteguhan hati) ada lima orang, yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw.

Masih banyak lagi hal-hal yang aksiomatik dalam akidah Islam yang bisa kita tanamkan kepada anak-anak kita. Tapi, jangan sampai kita menyampaikan hal-hal yang menjadi perselisihan di kalangan ulama agar mereka tidak bingung.

Alhamdulillah, saat ini sudah banyak buku-buku, nasyid (lagu-lagu), dan VCD yang berisi pelajaran tentang akidah dengan bahasa yang sederhana. Kita bisa memakainya sebagai sarana. Ingat, kita memakai semua sarana itu untuk mengajarkan akidah kepada anak-anak kita, bukan membiarkan anak kita bersama dengan sarana-sarana itu. Sebab, sarana (baca: alat) tidak bisa mengajarkan tanpa ada yang aktif menggunakan sarana itu mengajarkannya (baca: guru). Jadi, peran kita, orang tua, tidak pernah tergantikan dengan apa pun!

Semoga kita bisa menunaikan tugas ini. Jika Allah swt. bertanya nanti di hari penghitungan amal, kita telah siap dengan jawaban, “Ya Allah, aku telah mengenalkan diri-Mu dan Rasul-Mu kepada anak-anakku siang dan malam.”

Menyayangi Anak dan Menciuminya



Syarah Hadits, Tarbiyah 'Ailiyah
24/1/2011 | 18 Shafar 1432 H | Hits: 4.390
Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah
Kirim Print

Ilustrasi (123rf.com)

1 ـ عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال : أََخَذَ النَبٍي ـ صلى الله عليه وسلم ـ إبراهيم ، فَقَبَّلَهُ وشمَّهُ رواه البخاري..

dakwatuna.com – Dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan menciuminya. (HR. Al Bukhari)

Ibnu Al Baththal berkata:

يَجوزُ تَقْبِيلَ الوَلَدِ الصغيرِ في كلِّ عَضُّو مِنْهُ ،وكذا الكبيرُ عند أكْثَرُِ العُلَماءِ ، مَالَ لَمْ يَكُنْ عَوْرِةُ ، فلا تُقَبِِلُ عورة الوَلَدِ

Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang dewasa –menurut mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya mencium aurat anak.

أخذ النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ إبراهيم

Rasulullah mengambil anaknya –Ibrahim- dari ibunya Mariyah Al Qibthiyah,

فَقَبَّلَه Mencium dengan mulutnya, وَشَمَّهُ mencium dengan hidungnya, sepertinya ia adalah ُ رِيحانَة: pengharumnya

Anak-anak itu diciumi serasa parfum – sepertinya. Rasulullah saw menerangkan dua cucunya Al Hasan dan Al Husain, dua putra Fatimah dengan kalimat:

هما ريحانتاي من الدنيا Keduanya adalah keharumanku di dunia. (HR Al Bukhari dari Ibnu Umar RA)

Kalimat, ريحانتاي من الدنيا berarti bagian parfum duniawiku.

Itulah ciuman yang Rasulullah saw lakukan kepada cucunya, menunjukkan cinta dan kasih sayangnya.

Hadits ini menunjukkan cinta anak dan menciumnya.

2 ـ عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ قال : قبل رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ الحسن بن عليّ ، وعنده ـ الأقرع بن حابس التميمي ، جالساً ، فقال الأقرع : إن لي عشرة من الولد ما قبلت منهم أحداً ، فنظر إليه رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ ، ثم قال : ” من لا يرحم لا يرحم “ .رواه البخاري .

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah saw menciumi Al Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu Rasulullah saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (HR. Al Bukhari)

Penjelasan:

Rasulullah saw mencium Al Hasan bin Ali RA Putra Fathimah RA.

Al Hasan lahir pada tahun 2 (dua) Hijriyah.

Ketika itu Al Aqra’bin Habis At Tamimiy sedang duduk berada di hadapan Rasulullah saw. Ia seorang muallaf, sehingga Islamnya menjadi baik.

Rasulullah saw melihatnya dengan pandangan yang kurang menyenangkan karena ia tidak pernah mencium anaknya.

Kemudian Rasulullah saw bersabda, untuk merubah sikapnya terhadap anak-anaknya, sehingga anaknya merasakan kasih sayangnya dengan menciuminya.

من لا يرحم لا يرحم Barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak disayangi.

من لا يرحم لا يرحم Huruf ya pertama di baca fathah dan ya’ kedua dibaca dhammah. Boleh juga kedua ya’ dibaca rafa’ (huruf mim dibaca dhammah) dengan menstatuskan kata “Man” sebagai isim Maushul. Atau keduanya dibaca jazm (mim dibaca sukun/mati) dan kata Man berstatus syarat. Namun pada umumnya para rawi membacanya dengan rafa’.

Jawaban Rasulullah kepada Al Aqra menunjukkan bahwa mencium anak itu bertujuan untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian, bukan kelezatan atau syahwat.

Kata “rahmat” kasih sayang dari sesama makhluk adalah kelembutan hati yang membuat seseorang memuliakan, dan ihsan (berbuat baik). Rahmat dari sesama makhluk adalah termasuk dalam amal shalih, sedangkan rahmat dari Allah swt adalah balasan atas amal shalih yang dilakukan.

Sesungguhnya orang yang berfikir dan bersemangat untuk membuat kebaikan pada dirinya sendiri akan berusaha agar rasa kasih sayang itu menjadi akhlaq dan kepribadiannya, agar mendapatkan rahmat Allah dan kasih sayang sesama manusia. Barang siapa yang menyayangi ia akan disayangi, dan sebaliknya; barang siapa yang tidak menyayangi maka tidak disayangi.

Dari hadits di atas dapat disimpulkan antara lain:

1. Masyru’iyyah (disyariatkannya) mencium anak, dan hal ini adalah sunnah Nabi yang mulia.
2. Orang yang tidak menyayangi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya akan terhalang dari rahmat Allah, dan kasih sayang sesama manusia. Karena balasan itu serupa dengan amalnya.
3. Orang yang menyayangi orang lain mendapatkan keberuntungan rahmat Allah dan kasih sayang sesama manusia yang akan menjadi penolong di kala sempit dan pembela pada saat yang dibutuhkan.